Lebih Sekedar Tarian : Tortor sebagai Simbol Kehormatan Batak

Lebih Sekedar Tarian : Tortor sebagai Simbol Kehormatan Batak

Di setiap gerakan tubuh yang anggun dan irama gondang yang menggelegar, tersimpan sejuta makna yang membumi. Tortor, bukan sekedar tarian melainkan cerminan jiwa dan simbol kehormatan suku batak yang kaya akan nilai-nilai luhur.

Dengan gerakan yang khas, tari Tortor merupakan tarian tradisional masyarakat Batak yang berasal dari Sumatera Utara. Tortor adalah seni tari yang menggerakkan seluruh badan dengan dituntut irama gondang, dengan pusat gerakan pada tangan dan jari, kaki dan telapak kaki, punggung dan bahu. Sedangkan yang menjadi penari disebut dengan panortor.

Tari Tortor memiliki filosofi tersendiri di dalam nya yang memiliki makna serta simbol dalam tiap-tiap gerakan nya. Tari Tortor memiliki arti saling menghargai dan menghormati antar saudara semarga dalam bentuk hubungan yang baik. Sehingga unsur kerabat dalam Batak seperti hulahula, dongan sabutuha (semarga) dan boru mengartikan gerakan Tortor.

Tarian Tortor yang sangat kaya makna dan memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan masyarakat Batak. Tarian ini biasanya digunakan pada berbagai kegiatan, antara lain  pada saat upacara pernikahan Batak. Tarian ini juga digunakan untuk menyambut tamu, mengungkapkan rasa syukur, dan memohon berkah. Tarian tortor juga digunakan dalam upacara kematian sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang meninggal dan sebagai pengantar perjalanan roh menuju sang pencipta. Tarian Tortor juga biasanya ditampilkan pada upacara adat seperti perayaan panen, pelantikan pemimpin adat, atau upacara keagamaan.

Perlu dipahami juga bahwa setiap gerakan dalam tari tortor memiliki makna tersendiri bagi suku Batak yang terdiri dari gerakan maneanea yang artinya memohon berkah (memikul beban), mamasu-masu artinya memberi berkah, mangido tua artinya meminta dan menerima berkah, dan manomba artinya menyembah dan memohon berkah. Dalam suku Batak , tortor menjadi salah satu ciri khas yang membedakan suku ini dengan suku yang lainnya, sehingga dengan kekhasan yang di miliki, tari tortor menjadi kebudayaan yang banyak digunakan dalam perayaan-perayaan tertentu, dan penggunaannya juga tidak terlepas dari acara keagamaan.

Selain keunikan dari Tarian Tortor tersebut, ternyata juga terdapat pantangan atau larangan bagi seorang panortor. Salah satu pantangan nya adalah tangan penari tidak boleh melewati di atas batas setinggi bahu. Jika penari melanggarnya larangan tersebut, maka penari dianggap menantang siapa pun, meliputi dukun, adu pencak silat, tenaga batin bahkan dipercaya pula penari akan mendapat kesialan.

Apakah hanya tarian saja ?

Tentu tidak, tarian tortor tidak hanya sekedar tarian saja melainkan juga mengandung banyak makna dan juga unsur kebudayaan yang kental di dalam setiap gerakannya . Tari tortor menjadi kebudayaan yang melekat di Sumatera Utara yang tidak ternilai harganya.